Assalamu 'alaikum wr. wb.
Selamat malam semua!! ☺. Pada postingan kali ini ane bakal melenceng sedikit dr tema blog ini. Tp tulisan ini sangat inspiratif menurut saya. Langsung aja sob!!
BERBICARA mengenai mana yang lebih baik, PTS atau PTN, tentu akan menimbulkan pro dan kontra.
Perlu kita ketahui, Indonesia membutuhkan generasi cerdas dan berkarakter. Dalam menuntut ilmu, seharusnya kita menunjukkan karakter dan jati diri masing-masing sesuai kebutuhan bangsa tadi, tanpa melihat dari mana kita berasal, dari PTN ataupun dari PTS.
Perlu kita sadari pula, di mana pun kita menimba ilmu, pada hakekatnya adalah dengan tujuan yang sama. Sehingga, "tak perlulah kita berpacu, berebut kursi PTN". Toh, semua itu tak menjamin kita sukses di dunia kerja.
Pada kenyataannya, tak sedikit pula mahasiswa PTS dengan prestasi tak kalah dari mahasiswa PTN. Jadi, "kenapa harus berebut untuk menduduki kursi PTN saja?"
PTN dan PTS sejatinya hanya sebagai mediator, "semua kembali pada masing-masing individu dalam urusan menuntut ilmu."
Bagaimana niat mereka? Apakah berebut kursi di PTN hanya sebagai ajang kebanggaan, ikut-ikutan, atau benar-benar ingin menimba ilmu? Inilah yang perlu kita renungkan.
Dari segi pembiayaan, PTS dan PTN hampir berimbang, Meskipun ada beberapa PTS yang lebih mahal, atau sebaliknya, PTS jauh lebih murah.
Beasiswa yang ditawarkan PTS pun tak kalah banyak dengan PTN. Dengan begitu, mahasiswa PTS pun punya kesempatan yang sama dengan mahasiswa PTN dalam menempuh studi di luar negeri. Begitu pula di PTN, ada Bidik Misi yang hampir seimbang dengan beasiswa yang ditawarkan PTS. Meski demikian, Bidik Misi hanya ditawarkan pada jurusan tertentu di PTS.
Dari segi kualitas, meski banyak PTS belum terakreditasi, tak sedikit pula PTS yang memiliki akreditasi A. Jadi mengapa harus dilematis? "Pilihan bangku kuliah yang tepat pada dasarnya bergantung pada pribadi masing-masing."
Tapi perlu diingat, banyak yang harus kita tinjau ketika memilih perguruan tinggi karena perguruan tinggilah yang akan mengantarkan kita pada kesuksesan, serta memfasiltasi kita menjadi generasi yang berkembang. Jangan hanya berpacu merebut kursi PTN, dan menganaktirikan PTS. Kini cobalah kita buka mata kita dan tanamkan pikiran,
“Apalah arti sebuah label, bila kita tidak mengerti produk apa yang kita beli?”
Terkadang, tanpa disadari, kita telah membohongi diri hanya demi dapat menduduki bangku PTN, yang pada dasarnya diperebutkan oleh berjuta-juta calon mahasiswa. Di sisi lain, masih banyak PTS membuka kesempatan yang sama untuk memperebutkan bermacam-macam beasiswa yang dapat meringankan beban orangtua.
Tetapi, kesempatan ini justru disia-siakan. Kenyataannya, banyak beasiswa tak termanfaatkan karena pola pikir bahwa PTN lebih terjamin daripada PTS. Akibatnya, banyak yang rela mengantre dan memperebutkan bangku PTN tanpa melihat kesempatan lain yang sebenarnya dapat dimanfaatkan.
Perlu kita sadari, pendidikan bukan untuk dikomersilkan. Namun faktanya, tak sedikit yang lolos di PTN dengan cara tidak pantas. Dan sebaliknya, banyak siswa pandai tak dapat masuk PTN lantaran tak sanggup dengan biaya yang melampaui kemampuan. Mereka pun lebih memilih PTS dengan membanggakan prestasi. Dengan kata lain, sebagian dari generasi penerus yang cerdas lari ke PTS karena tak diterima di PTN.
Selama ini, publik mungkin hanya memerhatikan status “mahasiswa pelarian” tersebut, tanpa berpikir tentang kualitas mahasiswa PTS? Banyak orang tidak memikirkan ini, bahkan tidak melihat potensi PTS yang juga menjadi tempat bernaung mahasiswa-mahasiswa cerdas. Kesejajaran inilah yang mungkin dapat menjadi pertimbangan dalam memilih perguruan tinggi.
Pertimbangan lainnya, di mana pun kita menimba ilmu, kita tetap satu, tanpa perlu membedakan status PTS maupun PTN.
Sebab, PTS maupun PTN mempunyai kesempatan yang sama dalam mencerdaskan generasi penerus yang berkarakter. Dalam kesempatan memasuki dunia kerja pun, PTS tak kalah saing dengan PTN. Tak sedikit pula lulusan PTS yang langsung memperoleh pekerjaan.
Diedit dan ditambahkan seperlunya
Sumber: KLIK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar